A. Unsur - Unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang mutlak harus dipenuhi karena merupakan suatu bentuk kesatuan yang utuh dan bulat . Bila salah satu unsur tidak ada , maka komunikasi tidak akan pernah terjadi . Dengan demikian , setiap unsur dalam komunikasi itu memiliki hubungan yang sangat erat dan slaing ketergantungan satu dengan lainnya . Artinya , keberhasilan komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut . Unsur - unsur komunikasi yaitu :
Dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang mutlak harus dipenuhi karena merupakan suatu bentuk kesatuan yang utuh dan bulat . Bila salah satu unsur tidak ada , maka komunikasi tidak akan pernah terjadi . Dengan demikian , setiap unsur dalam komunikasi itu memiliki hubungan yang sangat erat dan slaing ketergantungan satu dengan lainnya . Artinya , keberhasilan komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut . Unsur - unsur komunikasi yaitu :
1.
Komunikator /
pengirim / sender . Merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada
komunikan . Komunikator bisa tunggal , kelompok , atau organisasi pengirim
berita . Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas ,
memilih media yang ocok untuk menyampaikan pesan tersebut , dan meminta
kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik . Untuk itu , seorang
komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan
siapa dia berkomunikasi , apa yang akan dia sampaikan , dan bagaimana cara
menyampaikannya .
2.
Komunikan /
penerima / receiver .
Merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh komunikator .
Dalam proses komunikasi , penerima pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti
isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar . Penerima pesan juga
memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa pesan telah
diterima dan dimengerti secara sempurna .
3.
Saluran / media
/ channel . Merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan
komunikator kepada komunikan dan sebaliknya . Pesan dapat berupa kata - kata
atau tulisan , tiruan , gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk
mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon , televisi , fax
, photo copy , email , sandi morse , semaphore , sms , dan sebagainya .
Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang
akan disampaikan ( Wursanto , 1994 ) .
B. HAMBATAN FISIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Merupakan
jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna
netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus
saling berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan
penting dalam komunikasi ini.
Contoh:
Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini
maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada
pasien lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia
berbicara pada pasien tuna rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila
si pasien menderita tuna wicara maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca
inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut) agar si komunikan bisa
menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si pasien tuna wicara isa membawa rekan
untuk menerjemahkan pada si komunikan apa yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN SEMANTIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Semantik
adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi
hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan
oleh komunikator, maupun komunikan.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
·
Salah pengucapan kata atau
istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi partisisapi
·
Adanya perbedaan makna dan
pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda: sudah; Sumatera:
anak laki-laki)
·
Adanya pengertian
konotatif
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing
adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara konotatif, banyak
orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan
panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara denotatif
sedangkan komunikan menangkap secara konotatif maka komunikasi kita gagal.
HAMBATAN PSIKOLOGIS DALAM PROSES KOMUNIKASI
Disebut
sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan
unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi dibagi menjadi 4 :
Perbedaan
kepentingan atau interest
Kepentingan
atau interst akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati
pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara
gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui
makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang
yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian
kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka
pastilah kita akan meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
Lebih jauh Effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.
Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan
atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian,
komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi
komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya,
apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting
oleh komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian
rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
Prasangka
Menurut
Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau
kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih
dahulu pengertian persepsi.
Persepsi
adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa faktor dari hambatan : personal dan
situasional.
Untuk
mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada komunikan, maka
komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya
komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang controversial, reputasinya
baik artinya ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat
luka hati komunikan. Dengan kata lain komunikator itu harus acceptable.
Disamping itu memiliki kredibilitas yang tinggi karena kemampuan dan
keahliannya.
Stereotip
Adalah
gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative
(Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh:
Orang Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa itu berwatak lembut.
Seandainya
dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu
pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apapun tidak dapat diterima
oleh komunikan.
Motivasi
Merupakan
suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
(Gerungan 1983:142).
Motif
adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan dan arah
pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun
berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
Motif dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
Motif
Tunggal
Contoh:
Motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan RCTI adalah
untuk memperoleh informasi.
Motif
Bergabung
Contoh:
(kasus yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain motif menonton
televisi adalah untuk memperolh informasi sekaligus mengisi waktu luang.
UPAYA-UPAYA DALAM MENGATASI HAMBATAN BERKOMUNIKASI
Untuk
mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
Mengecek
arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya
lebih lanjut pada si komunikan apakah ia sudah mengerti apa yang si komunikator
bicarakan.
Contoh:
Perawat bertanya pada pasien “Apakah sudah mengerti, Pak?”
Meminta
penjelasan lebih lanjut
Sama
halnya dengan poin pertama hanya saja disini si komunikator lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal
lain yang perlu ditanyakan lagi.
Contoh:
“Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu?”
Mengecek
umpan balik atau hasil
Memancing
kembali si komunikator dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau pesan
yang telah disampaikan kepada komunikan.
Contoh:
“Tadi obatnya sudah diminum , Pak?” Sebelumnya si komunikator telah berpesan
pada komunikan untuk meminum obat.
Mengulangi
pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh:
“Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
Mengakrabkan
antara pengirim dan penerima
Dalam hal
ini komunikator lebih mendekatkan diri dengan berbincang mengenai hal-hal yang
menyangkut keluarga, keadaannya saat ini (keluhan tentang penyakitnya).
Membuat
pesan secara singkat, jelas dan tepat
Si
komunikator sebaiknya menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau
yang ditanyakan pasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar